Fenomena tersebut akhirnya mampu menciptakan booming dan trend di dunia ikan hias indonesia. Pada tahun 1996, ajang kontes bagi ikan ini mulai diadakan. Sejak saat itu, peta bisnis ikan cupang menemukan muaranya, masyarakat umum mulai melirik dan menempatkannya sejajar dengan ikan hias lainnya. Harga yang dilekatkan pada ikan ini pun beranjak naik seiring dengan munculnya penggemar baru yang terpukau oleh keindahan sosok ikan yang umur maksimumnya hanya sekitar tiga tahun ini. Hal yang paling menarik dari ikan ini selain memiliki sifat garang, juga dikenal gemar kawin.
Fakta ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi hobiis dan penggemar ikan ini yang ingin membudidayakannya, sekaligus mengeksploitasi kemungkinan varietas baru yang lebih memiliki kelebihan. Sebab hanya dengan terus mengeksploitasi dan memunculkan varietas barulah usaha untuk mempertahankan pamor dan eksistensinya di dunia ikan hias dapat terus diupayakan. Terlebih hal ini di dukung oleh sifat gemar kawin yang melekat pada ikan cupang sehingga memudahkan usaha pembudidayaannya.
Seiring dengan usaha pembudidayaan yang banyak dilakukan oleh penggemar ikan ini, hampir setiaptahun muncul varietas baru yang berbeda dengan sebelumnya. Dari segi warna, mulai bermunculan warna yang dulu tergolong langka, misalnya warna putih dan kuning. Bentuk sirip juga makin beragam, dari sirip yang berbentuk balok hingga halfmoon yang sangat populer dimata penggemar ikan ini. Demikian pula dengan tipe serit tunggal hingga serit ganda dengan berbagai variasinya ; serit dua, tiga, empat, llima, delapan dan enam belas.
Kondisi tersebut membuat mata masyarakat umum terbuka dan mulai menempatkannya sebagai ikan hias yang pantas dikoleksi dan dipelihara sebagai pengusir penat dan stress. Stigma ikan cupang sebagai ikan aduan atau laga semata mulai tergeser. Kini, menjadi sesuatu yang lazim orang memperlakukannya sama dengan jenis ikan hias air tawar lainnya yang sudah lebih dulu termashur keelokkannya, seperti oscar, arwana atau diskus